Sepeda Lipat Pertama: Tern Link C7

Assalamualaykum

Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya memiliki sepeda lipat pertama saya. Bahkan mungkin ini sepeda pertama yang saya beli sejak bekerja.

Ada alasan kenapa saya memilih sepeda lipat, dimana sebelumnya saya berniat membeli sepeda hybrid Polygon Heist. Alasan utamanya adalah karena saya bukan maniak sepeda (untuk sementara ini). Tujuan saya bersepeda adalah hanya untuk berolahraga ringan di sela-sela rutinitas. Bukan untuk bersepeda dengan antusias yang tinggi dan memiliki target jarak tempuh tertentu atau mengikuti sebuah perlombaan bersepeda. Tetapi tidak menutup kemungkinan, jika nantinya saya cocok hobi bersepeda, bisa saja menambah koleksi sepeda beserta aksesorisnya hehehe. Lalu alasan lainnya mungkin karena fleksibilitas saja. Dengan sepeda lipat ini jadi lebih mudah untuk membawanya kemana-mana, misalkan dimasukkan ke dalam mobil atau bahkan nanti ketika dinas ke luar kota, bisa dibawa serta dalam bagasi.

Ada beberapa merek sepeda lipat yang banyak beredar di pasaran. Di tengah banyaknya merek tersebut, tentunya saya berharap mendapat sepeda lipat yang terbaik dengan harga yang pas di kantong. Karena awam dengan sepeda, tentunya kita harus bertanya kepada mbah Google. Situs http://www.foldingbike20.com/ menyebutkan 20 sepeda terbaik menurut penilaian mereka. Untungnya, beberapa sepeda yang masuk dalam list mereka dapat ditemui di Indonesia, seperti Dahon dan Brompton. Kalau lihat di situs lain, seperti forum di kaskus, user di kaskus banyak menggunakan dan merekomendasikan tipe DownTube Nova, Polygon Urbano, Dahon Broadwalk, dan Tern Link C7 untuk pemula di sepeda lipat.

Sebenarnya, sepeda yang saya inginkan adalah Brompton. Klasik, Simpel dan Ini Inggris eui. Tetapi karena mahal, sepertinya saya bakalan tidak mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Hahaha.

Akhirnya pilihan saya jatuh kepada merek yang mungkin baru didengar di antara banyak merek seli tersebut, yaitu Tern. Sepeda asal Taiwan ini sebenarnya memiliki hubungan yang tak jauh dengan Dahon. Walau masih baru di dunia sepeda lipat, Tern memiliki banyak pengakuan dalam desain-desain sepeda atau aksesoris (BioLogic series) yang dibuktikan dengan meraih award dari reddot. Salah satu kelebihan Tern di mata saya adalah memiliki beberapa inovasi (di beberapa video yang di upload mereka) seperti N-Folding, menempatkan pompa pada seatpost, menyimpan kunci di handle dan lain sebagainya. Hal itulah yang membuat saya tertarik untuk memilihnya, walau fitur-fitur tersebut dapat dinikmati di seri tingginya yang mahal.

Saya pun mencari-cari di beberapa Toko di seputaran kota Palembang, yaitu di daerah PTC, Pasar 16 Ilir dekat Masjid dan toko lainnya. Ternyata saya hanya menemukan merek-merek seperti Element, United dan Polygon. Itupun Polygon seri yang B2W. Kalau mau yang Urbano, harus indent dulu. Karena tidak menemukan Tern, akhirnya saya memutuskan untuk beli saja di kota lain. Nah kebetulan dalam waktu dekat ada dinas di Pekanbaru, dimana ada Rodalink di sana.

Sesampainya di Pekanbaru, begitu sampai hotel, saya menyimpan tas dan langsung pergi menuju tokonya. Tetapi karena supir taxi-nya tidak tahu lokasi dan penunjukan di Google Maps tidak tepat (saya akhirnya mengoreksi di Google Maps), saya gagal membeli karena toko sudah tutup (lewat jam 8). Esoknya akhirnya saya ke Rodalink lagi dan alhamdulillah masih buka. Di sana ada beberapa sepeda lipat, yaitu Tern Link C7, Polygon Urbano 3 dan Dahon (lupa serinya). Sekilas, Polygon 3 terlihat cantik dengan warna hitam dan lis hijau, apalagi ada bonus fender dan carrier (kalau tidak salah). Tetapi karena niatnya dari rumah ambil Tern, akhirnya saya ambil Tern warna putih dengan lis hitam. Sekalian juga saya beli aksesoris aslinya, yaitu CarryOn Cover yang fungsinya sebagai cover kalau lagi dilipat dan di bawa commuting.

Masalah terjadi ketika saya lupa untuk meminta kardus ke tokonya. Kardus tersebut penting, karena untuk keperluan packing, cimana sepeda ini pastinya akan masuk bagasi pesawat. Akhirnya saya masukkan ke bagasi pesawat dengan dibungkus CarryOn Cover-nya. Karena buru-buru ketinggaan pesawat, saya lupa tidak melakukan wrapping. Akhirnya begitu sampai transit di Batam (penerbangan kedua esok hari, karena tiket connecting mahal), saya mendapati plastik kecil semacam penutup as roda kanan depan pecah, lecet di fork kanan depan dan CarryOn sedikit robek (3 cm) di bagian Q-Lock. Saya sih tidak mempermasalahkannya karena memang kesalahan saya tidak melakukan wrapping. Penerbangan dari Batam ke Palembang saya hampir telat lagi karena kesiangan dan lupa tak melakukan wrapping. Tapi alhamdulillah tidak ada masalah berarti begitu sampai Palembang. Oya, sebelum masuk bagasi di Pekanbaru, saya lupa tidak membuang angin pada ban. Untung petugas check in mengingatkan karena berisiko meledak jika masih ada anginnya saat dibawa terbang.


Begitu sampai di Palemabang, sepeda saya pompa dan di-unfold. Saya melakukan sedikit perbaikan di Q-lock karena sepertinya ada kesalahan pemasangan per yang posisi kaitannya seharusnya di bawah ring. Karena ini pengalaman saya memiliki dan menggunakan sepeda lipat, saya tidak tahu apakah ini termasuk enak digunakan apa tidak. Kalau menurut saya sih, nyaman untuk dipakai dan proses untuk melipat dan membuka lipatan cukup mudah. Apalagi Tern melengkapi semacam pengait magnet di as roda kiri depan dan kiri belakang agar lipatan tidak lepas saat dilipat.

Topeak RaceRocket Pump

Pompa terpasang bersamaan dengan tempat minum

Segenggaman tangan

Kepala Pompa

Bisa untuk dua jenis kepala pentil

Pemasangan pompa

Logo tern

CarryOn Cover terpasang di bawah sadel


Jika ada dana lagi, aksesoris tambahan yang perlu saya sematkan untuk seli saya ini adalah pompa tangan (Topeak RaceRocket Pump), lampu cateye lalu boncengan untuk anak. Pompa tangan dengan daya 120 psi sepertinya perlu. Karena jika mau pergi dibawa naik pesawat, bisa segera diisi angin setelah sampai di tujuan. Apalagi yang merek tersebut memiliki bracket sehingga bisa digantungkan di tempat gantungan botol air minum. Untuk lampu cateye sebenarnya tidak terlalu utama dibutuhkan karena ngeri kalau malam-malam bersepeda di area sini, tetapi mungkin perlu jika sepeda ini saya bawa ke luar kota. Nah, untuk boncengan anak, ini super perlu, karena anak saya suka rewel kalau lihat bapaknya naik sepeda. Hahaha.

Nah, itulah mungkin cerita sedikit saya tentang sepeda lipat, terutama seri yang saya beli, Tern Link C7. Karena saya pemula di bidang sepeda (belum semua bagian di sepeda ini saya tahu istilahnya) dan tentunya bukan sepeda enthusiast, jadi mungkin tulisan ini bukanlah review yang baik. Hehehe.

Ayo Gowes!

Waalaykumsalam

Popular Posts