Resensi Buku Perebutan Takhta (Game of Thrones) dan Peperangan Raja-Raja (A Clash of Kings)

Assalamualaykum

Sudah lama saya ingin menuliskan resensi dari buku high fantasy yang sudah saya baca 6 bulan lewat ini. Buku yang saya selesaikan sekitar setengah tahun tersebut (karena banyak kesibukan) ternyata di November ini sudah terbit sekuelnya dan sudah saya selesaikan kurang dari 2 minggu. Jadi sekarang saya review saja dua buku sekalian. hehehe.

Buku Perebutan Takhta adalah buku terjemahan dari seri pertama A Song of Ice and Fire karya George RR Martin, A Game of Thrones. Sebagian besar orang termasuk saya mungkin mulai membaca buku ini setelah menonton serial TV-nya yang ditayangkan di HBO, yaitu serial Game of Thrones. Terlebih lagi buku ini belum diterjemahkan di Indonesia walau sudah terbit di luar negeri sana sejak tahun 1996.

Game of Thrones



Dengan cover merah menyala dan bergambar sigil klan Stark, yaitu direwolf, seri pertama saga ini memulai cerita dengan prolog kejadian di luar tembok di sebuah benua bernama Westeros. Setelah prolog kita akan dibawa pada cerita dengan sudut pandang seorang Bran (Brandon Stark), anak dari Eddard Stark (atau biasa dipanggil Ned). Metode penceritaan di seri ini memang menggunakan sudut pandang yang bergantian.

Setelah itu klan Stark yang berada di utara negara 7 kerajaan di Westeros ini, dikunjungi oleh rombongan Raja Robert Baratheon. Raja dari klan ber-sigil rusa bermahkota ini merupakan sahabat karib Ned Stark sejak kecil dan merupakan rekan dalam Pemberontakan Robert yang terjadi pada raja sebelumnya, Raja Gila, Aerys Targaryen. Kunjungan tersebut merupakan ajang silaturahmi dan juga sebagai sarana Robert untuk menawarkan posisi Tangan Kanan Raja bagi Ned, setelah Tangan Kanan Raja sebelumnya, yang merupakan guru bagi mereka berdua juga semasa kecil, Jon Arryn meninggal. Setelah dengan berbagai pertimbangan akhirnya Ned mengiyakan tawaran tersebut dan juga sekaligus ingin menyelidiki kematian Jon Arryn yang menurutnya tak wajar tersebut.

Buku pertama memang banyak menceritakan kisah Ned Stark beserta istrinya, Catelyn Tully (anak dari Hoster Tully, penguasa sungai) dan anak-anaknya yaitu, Robb, Sansa, Arya, Brandon, Rickon serta anak haram Ned dengan seseorang yang masih misterius, Jon Snow. Jon tidak memiliki nama keluarga Stark, seperti yang biasa disandang anak-anak haram lainnya, melainkan Snow yang merupakan nama belakang anak haram di seluruh wilayah utara. Selain itu bercerita juga tentang klan Baratheon, klan Lannister (klan istri Raja) beserta klan-klan lainnya seperti Arryn dan Targaryen. Terdapat banyak cerita di seberang Westeros, yaitu Essos, di mana Viserys dan Daenerys adalah pewaris klan Targaryen yang lolos dari Pemberontakan Robert. Pada saat pemberontakan, Robert ingin klan Targaryen benar-benar hilang dari muka bumi dengan membunuh semua keluarga Aerys hingga keturunannya.

A Clash of Kings


Berlanjut di buku kedua, yaitu Peperangan Raja-Raja. Untuk buku kedua, berwarna kuning menyala, sehingga kita akan mudah menemukannya di rak-rak toko buku. Buku kedua memiliki desain cover seperti buku pertama, tetapi dengan lambang sigil Baratheon, seekor rusa jantan.

Bonus saat invitation buku kedua


Saya mendapatkan buku kedua ini melalui invitation yang diselenggarakan oleh Fantasious. Alhadulillah dapat banyak bonus, seperti tas, stiker, gantungan kunci, tato (saya tentunya tak akan menggunakan hadiah ini di badan) dan free e-book Throne of Glass serta audiobook buku ini di aplikasi Listeno.

Setiap bookmarks adalah tanda kematian dalam cerita.


Buku kedua, seperti judulnya, banyak menceritakan peperangan yang dimulai di akhir buku pertama. Akibat dari meninggalnya Raja Robert Baratheon dan "pengkhianatan" yang dilakukan Ned Stark (berujung pada hukuman penggal untuknya), muncullah klaim raja-raja selain dari anak Robert, Joffrey Baratheon. Pertama, klaim dari Stannis Baratheon, adik tertua Robert, penguasa Dragonstone, yang menurut surat wasiat dari Robert kepada Ned sebagai pewaris yang berhak. Lalu muncul Raja Renly Baratheon, adik terakhir Robert, dari Storm's End dan Highgarden (koalisi dengan Tyrell), yang merasa lebih cakap dari Stannis. Di utara, Robb Stark, serigala muda, diangkat oleh pendukungnya seperti Umber, Karstark, Manderly dan lainnya sebagai Raja di Utara. Balon Greyjoy pun tak ingin ketinggalan dengan mengaku sebagai Raja Kepulauan Besi.

George RR Martin kadang memaksa kita untuk mengingat-ingat nama masing-masing klan atau karakter-karakter yang terlihat minor dalam cerita. Seperti ketika membaca cerita dari Middle-Earth-nya Tolkien, detail di seri ASoIAF ini memang sangat banyak. Tetapi membaca karya Martin, kita sepertinya harus banyak mengingat nama karakter yang terlihat minor, karena suatu saat bisa jadi karakter tersebut akan menguasai cerita.

Untuk masalah kualitas terjamahan buku, saya pribadi merasa puas. Mungkin banyak pembaca, seperti biasa mengeluhkan terjemahan berlebihan atas beberapa hal yang mungkin sepertinya tidak perlu diterjemahkan. Kalau saya pribadi, itu tak masalah. Ketika saya membaca Harry Potter atau karya Tolkien, banyaknya istilah yang diterjemahkan tak menjadi masalah. Mungkin karena kita sudah melihat serial TV-nya terlebih dahulu dan buku impornya, sehingga sesuatu yang kita ingat tersebut lalu tiba-tiba banyak yang diterjemahkan, lantas kita merasa terganggu.

Untuk kualitas fisik buku, bagi saya wajar, jika buku ini kertasnya tipis. Di buku kedua saya merasa ada peningkatan kualitas kertas. Tipis saja sudah setebal itu, apalagi jika kertasnya ditebalkan. Dengan jumlah halaman 948 dan 1200 halaman, saya rasa kalau lebih tebal lagi kertasnya, akan terasa berat bawa buku ini, karena saya kadang membaca di kantor dan membawanya saat tugas dinas keluar kota. FYI, buku pertama itu sudah saya bawa ke Medan dan Makassar untuk menyelesaikannya di sela tugas dinas. Haha.

Untuk di buku kedua, ada hal yang mungkin menurut saya perlu dan harus disampaikan untuk buku ketiga. Pertama, yaitu masalah pengetikan atau editing. Banyak saya temui, terutama di separuh terakhir buku, pengetikan di mana antar kata berdempet. Misal, maksudnya menulis kalimat "pergi ke sana", yang ada adalah tertulis "pergikesana". Lalu ada juga suatu kondisi setelah tanda baca titik, langsung diikuti huruf. Menurut saya, setelah tanda titik, diberi spasi dulu baru huruf. Sampai-sampai saya berasumsi, bahwa di beberapa bab terakhir itu dikerjakan dengan Ms World 2013 lalu digabung dengan bab awal-awal atau file masternya berformat Ms World 2010. Hehehe. Memang sering terjadi kejadian seperti itu jika kita menggabungkan file .docx pada Ms. World 2010. Tapi itu asumsi saya saja ya. Lalu yang kedua adalah, pengulangan halaman pada halaman 484-593 yang merupakan pengulangan dari halaman 374-483. Totalnya 111 halaman. Berarti saya hemat membacanya, tidak sebanyak 1200 halaman. Hahaha. Saya berharap ke depan bisa diperbaiki, untuk Fantasious.

Jika saya di paragraf sebelumya, cenderung menyampaikan kritik, berikut ini adalah apresiasi saya untuk penerbit. Beberapa hal yang saya suka dari penerbit Fantasious adalah, informasi mereka via twitter sangat masif. Sehingga kita tidak akan ketinggalan dalam informasi penerbitan buku mereka. Lalu mereka juga sering memberikan bonus bagi pembeli pertama dan juga diskon-diskon kejutan dari penyalur mereka yang sering dilakukan. Semoga penerbitan untuk seri selanjutnya lancar dibuat rutin per tahun. Lebih baik lagi jika diterbitkan setengah tahun sekali agar bisa menyusul terbitnya A Winds of Winter dan A Dream of Springs. Hehehe

Terakhir, mungkin ada yang bertanya, perlukah saya membeli dan membaca buku ASoIAF, entah yang impor atau terjemahan, walau sudah membaca serial TV-nya? Menurut saya, medium buku dan serial TV tentunya berbeda. TV memiliki keterbatasan dalam mewujudkan semua fantasi yang digambarkan oleh buku. Begitu juga batasan budget dalam pembuatan, aturan dalam proses pembuatan dan standarisasi sebuah serial TV yang mungkin tak sejalan dengan isi buku. Jadi menurut saya, perlu bagi anda penasaran dengan kisah asli Jon Snow dan kawan-kawan ini. Apalagi di season terakhir, season lima, semakin terlihat cerita menjauh dari alur cerita di buku.

Demikian resensi saya dan selamat membaca!

Waalaykumsalam

Popular Posts