Napak Tilas di Banjarmasin dan Banjarbaru
Assalamualaykum
Tengah bulan kemarin, saya dapat kesempatan istimewa, yaitu dinas di tempat pertama kali saya ditugaskan oleh perusahaan ini, yaitu ke Kalimantan Selatan, tepatnya di Banjarbaru. Walau dulu lebih banyak berkutat di Trisakti Banjarmasin, Banjarbaru termasuk tempat yang sering kami datangi bersama teman-teman. Acara dinas kali ini adalah berupa lomba bahasa inggris antar unit. Saya (sekali lagi) bertindak sebagai tim official bagian presentasi. Hahaha.
Kedatangan kami di hari minggu maghrib disambut dengan asap kebakaran. Seperti kita ketahui, di beberapa bulan terakhir, wilayah Sumatera dan Kalimantan memang didera bencana kabut asap. Malam itu kami langsung menuju tempat makan sebelum ke hotel. Tempat makan yang kami tuju menurut rekomendasi driver adalah di Asia, arah Martapura.
Esok paginya, kami bergegas menuju Kuin untuk melihat pasar terapung. Asap yang cukup pekat selama perjalanan dari Banjarbaru menuju Gambut membuat kami bersiap membawa masker. Ternyata setelah Gambut sampai ke Kuin, asapnya sudah menipis. Kami lalu parkir di Masjid Sultan Suriansyah, masjid tertua di Banjarmasin. Di depan masjid ini terdapat dermaga menuju pasar terapung dan pulau kembang.
Setelah kesepakatan harga deal, yaitu 250 ribu, kami langsung menuju pasar terapung. Menyusuri sungai Barito yang lebar membuat pemandangan kian lapang. Asap kebakaran tipis pagi itu tidak menganggu perjalanan kami. Sesampainya di spot pasar terapung, ternyata pasar sudah mulai sepi. Tapi kami sempat membeli lepat (sepertinya. agak lupa) dan pisang. Lalu mencoba soto banjar terapung.
Selanjutnya kami menuju Pulau Kembang untuk melihat-lihat suasana pulau yang didiami monyet. Salah satu monyet langka yang dilindungi, yaitu Bekantan, berada di pulau ini. Tetapi karena monyet ini tipenya pemalu, jadi susah untuk ditemui. Kalaupun ada, itupun di siang hari.
Selepas dari Pulau Kembang, kami menuju ke Museum Lambung Mangkurat yang berada di Kota Banjarbaru. Koleksi yang ada di sini cukup lengkap. Mulai dari zaman purba hingga zaman penjajahan Belanda. Ada juga museum keramik, baju adat dan lukisan putra daerah Banjar di sini.
Perjalanan hari itu kami tutup dengan berbelanja (tentunya, batu) di Martapura serta makan siang di warung Pelangi arah ke Martapura. Ikannya sangat enak dan segar, kata teman saya, karena saya lebih memilih mengambil sayur dan bakwan jagung. Hahaha. Sungguh kangen makanan yang bening dan bakwan jagung yang jarang saya konsumsi selama di Sawahlunto.
Walaupun akhirnya kami kalah dalam lomba bahasa inggris, kami cukup puas dapat berkeliling di Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Ke depan kami akan lebih bersemangat lagi agar gelar juara di tahun depan dapat diraih!
Waalaykumsalam
Tengah bulan kemarin, saya dapat kesempatan istimewa, yaitu dinas di tempat pertama kali saya ditugaskan oleh perusahaan ini, yaitu ke Kalimantan Selatan, tepatnya di Banjarbaru. Walau dulu lebih banyak berkutat di Trisakti Banjarmasin, Banjarbaru termasuk tempat yang sering kami datangi bersama teman-teman. Acara dinas kali ini adalah berupa lomba bahasa inggris antar unit. Saya (sekali lagi) bertindak sebagai tim official bagian presentasi. Hahaha.
Kedatangan kami di hari minggu maghrib disambut dengan asap kebakaran. Seperti kita ketahui, di beberapa bulan terakhir, wilayah Sumatera dan Kalimantan memang didera bencana kabut asap. Malam itu kami langsung menuju tempat makan sebelum ke hotel. Tempat makan yang kami tuju menurut rekomendasi driver adalah di Asia, arah Martapura.
Esok paginya, kami bergegas menuju Kuin untuk melihat pasar terapung. Asap yang cukup pekat selama perjalanan dari Banjarbaru menuju Gambut membuat kami bersiap membawa masker. Ternyata setelah Gambut sampai ke Kuin, asapnya sudah menipis. Kami lalu parkir di Masjid Sultan Suriansyah, masjid tertua di Banjarmasin. Di depan masjid ini terdapat dermaga menuju pasar terapung dan pulau kembang.
Setelah kesepakatan harga deal, yaitu 250 ribu, kami langsung menuju pasar terapung. Menyusuri sungai Barito yang lebar membuat pemandangan kian lapang. Asap kebakaran tipis pagi itu tidak menganggu perjalanan kami. Sesampainya di spot pasar terapung, ternyata pasar sudah mulai sepi. Tapi kami sempat membeli lepat (sepertinya. agak lupa) dan pisang. Lalu mencoba soto banjar terapung.
Selanjutnya kami menuju Pulau Kembang untuk melihat-lihat suasana pulau yang didiami monyet. Salah satu monyet langka yang dilindungi, yaitu Bekantan, berada di pulau ini. Tetapi karena monyet ini tipenya pemalu, jadi susah untuk ditemui. Kalaupun ada, itupun di siang hari.
Selepas dari Pulau Kembang, kami menuju ke Museum Lambung Mangkurat yang berada di Kota Banjarbaru. Koleksi yang ada di sini cukup lengkap. Mulai dari zaman purba hingga zaman penjajahan Belanda. Ada juga museum keramik, baju adat dan lukisan putra daerah Banjar di sini.
Perjalanan hari itu kami tutup dengan berbelanja (tentunya, batu) di Martapura serta makan siang di warung Pelangi arah ke Martapura. Ikannya sangat enak dan segar, kata teman saya, karena saya lebih memilih mengambil sayur dan bakwan jagung. Hahaha. Sungguh kangen makanan yang bening dan bakwan jagung yang jarang saya konsumsi selama di Sawahlunto.
Walaupun akhirnya kami kalah dalam lomba bahasa inggris, kami cukup puas dapat berkeliling di Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Ke depan kami akan lebih bersemangat lagi agar gelar juara di tahun depan dapat diraih!
Pasar Terapung |
Pedagang di Pasar Terapung |
Bersama-sama menuju Pasar Terapung Muara Kuin |
Warung Soto Banjar Terapung |
Salah satu pedagang di Pasar Terapung |
Jalan di Pulau Kembang |
Bersama Tim Lomba Bahasa Inggris |
Di Depan Museum Lambung Mangkurat |
Masjid Sultan Suriansyah |
Pintu di Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin |
Interior Masjid Sultan Suriansyah |
Di area keramik Museum Lambung Mangkurat |
Salah satu maket di Museum Lambung Mangkurat |
Bersama Tim di hari kedua lomba |
Waalaykumsalam