Matthew Bellamy: Perfeksionis dan Terencana
Iseng-iseng membuka file lama yang terdapat di folder-folder zaman OJT dulu. Tiba-tiba nemu file dengan nama file, "Matthew Bellamy". Alis mata langsung naik. Mikir. Koq ada file dengan nama vokalis Muse disini? Daripada penasaran, saya buka file tersebut.
Hahaha. Akhirnya saya ingat juga, file apa ini. Ternyata itu adalah file tugas dari Pusdiklat waktu Evaluasi II OJT, yaitu tugas menulis idola atau panutan. Tugas tersebut memuat latar belakang kenapa memilih tokoh tersebut, biodata idola, nilai-nilai yang didapat dari idola tersebut dan apa usaha kita agar dapat meniru idola tersebut. Dulu saya memilih Matt karena mungkin saya gak mau yang terlalu mainstream. Hahaha. Gak tahu dah gimana respon orang Pusdiklat saat membaca tulisan saya.
Bagi yang ingin membaca tulisan saya dulu, monggo disimak di bawah. Kalau dirasa ada beberapa pernyataan yang kurang mutakhir, mohon dimaklumi, karena itu tulisan pada awal tahun 2012 :).
Matthew BellamyPerfeksionis dan Terencana
Sebenarnya banyak tokoh idola dalam pikiran saya. Menurut saya, tokoh-tokoh dalam pikiran saya tersebut menginspirasi saya dalam suatu hal. Sehingga, setiap tokoh tersebut memberi saya nilai-nilai dalam setiap hal.
Seorang tokoh yang wajib dan harus menjadi panutan adalah Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah teladan bagi manusia dalam setiap detail kegiatan dalam menjalani kehidupan. Beliau mengajarkan kerelijiusan, hukum, adab, hubungan sosial dan nilai-nilai kehidupan sesuai dengan yang Tuhan pesankan kepada manusia.
Kemudian sosok Leonardo da Vinci yang memiliki kemampuan jenius dalam hal seni dan teknik . Beliau mampu merancang sebuah peralatan mekanik yang jauh ke depan pada masanya. Sebuah prototype helikopter adalah sebuah karya besarnya. Dalam hal seni, keindahan lukisannya sangat tersohor dan terkenal hingga sekarang. Salah satu lukisannya yang terkenal adalah Moalisa yang masih tersimpan rapi di Museum Louvre.
Di dalam negeri, saya mengagumi sosok Presiden Soeharto, seorang sosok kontroversial yang menurut saya adalah tokoh Negara ini yang mampu membangun Indonesia menjadi Negara baru yang berkembang. Beliau mampu meletakkan fondasi-fondasi pembangunan Negara ini di masa mendatang. Terlepas dari masalah yang melilit beliau, jasa beliau terhadap negara ini begitu besar dan patut untuk dihargai.
Kemudian, tokoh paling dekat dengan saya, yaitu mantan Dirut PLN, Dahlan Iskan. Beliau adalah sosok pimpinan yang menempatkan kesederhanaan sebagai dasar kehidupan dan dasar cara berpikir dalam membuat keputusan. Sosok berani , lugas, cepat, terbuka dan ramah ini patut menjadi panutan bagi pegawai-pegawai muda di PLN.
Namun, untuk sekarang, saya tidak me-review tokoh-tokoh tersebut. Saya akan me-review seorang musisi dari tanah Inggris, yaitu Matthew Bellamy.
Kenapa Harus Matthew Bellamy?
Tentunya pertanyaan tersebut akan timbul bagi setiap yang membaca. Kenapa saya harus mengusung sebuah tokoh dari kalangan musisi dan terlebih dia adalah seorang atheis?
Musik adalah sebuah seni yang mampu mempengaruhi pola pikir dan cara pandang seseorang terhadap lingkungan dan kehidupan. Matthew Bellamy, bersama Band-nya Muse, mampu membuat sebuah musik yang mampu membukakan pikiran bagi pendengar dan penikmatnya, bahwa musik bukanlah hanya sebuah lirik dan alunan nada yang terkomposisi. Musik bisa menjadi sebuah media pesan akan peringatan, nasehat dan suntikan semangat kehidupan.
Matt merupakan salah satu personel yang menonjol dan bisa dibilang nyawa dari band Muse ini. Seluruh lagu dia ciptakan dan dia aransemen dengan begitu baik. Dia mampu memainkan bermacam-macam alat musik dengan baik. Selain gitar, sebagai alat musik utamanya, dia memainkan piano dengan berbagai genre dengan begitu baik dan juga drum, walau dia tidak pernah menunjukkannya di lagu. Sambil memainkan alat musik tersebut, dia menyanyikan lagunya. Sungguh koordinasi yang sulit bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.
Biografi Matthew Bellamy
(lahir di Cambridge, Inggris, 9 Juni 1978)
Adalah vokalis, gitaris, harmonium, komponis serta pianis dari grup musik rock ternama asal Inggris, Muse.
Ia besar di kota Teignmouth di daerah Devon di selatan Inggris.Bellamy dikenal dengan falsetto dan gayanya dalam bermain gitar yg sangat kreatif. Ayahnya (George Bellamy) adalah seorang gitaris dari grup musik Inggris tahun 1950-1960an, The Tornados, yang merupakan grup Inggris pertama yang berhasil menduduki posisi puncak tangga lagu Amerika sebelum The Beatles, dengan singlenya "Telstar".
Ibunya, Marilyn, adalah seorang pendatang dari Irlandia yg bercerai dengan George pada saat Mathew berumur 13thn, pada saat itulah Matthew pindah ke rumah neneknya yg berada di Teignmouth. Bellamy sangat terpesona dengan teori konspirasi dan kehidupan extraterrestrial atau alien, beberapa lagu muse pun di tafsirkan memiliki teori konspirasi.
Sekarang ia tinggal di Lake como, Italia bersama studio pribadinya.Matt, Christopher, dan Dominic adalah teman masa kecil yang berasal dari Teignmouth, Devon. Bagi Matt, Teignmouth bukan merupakan kota yang baik untuk ditinggali, ia pernah menjelaskan: "Satu-satunya waktu kota menjadi hidup adalah selama musim panas ketika Teignmouth berubah menjadi sebuah tempat liburan bagi orang orang London. Ketika musim panas berakhir mereka pergi dan membawa semua kehidupan mereka. Aku merasa terjebak di sana. Teman-temanku banyak yang berpindah ke narkoba atau musik, tapi aku beralih ke pilihan yang kedua dan akhirnya aku belajar bagaimana untuk bermain. Jika bukan karena band ini, saya mungkin akan terjebak dalam obat obatan terlarang. "
Ketika Matt berusia 14, orang tuanya bercerai. "Tidak apa-apa di rumah, kami adalah orang orang kelas menengah, kami punya uang," kata Matt
"Yah sampai usia 14.. Saya pikir saya hampir punya semua hal yang saya inginkan sampai usia 14. Kemudian, segalanya berubah, orang tua saya bercerai , dan aku pergi untuk tinggal bersama nenekku. Aku punya kakak yang lebih tua dariku, yang sebenarnya saudara tiri dari pernikahan ayah saya yang sebelumnya, dan juga seorang adik laki laki. Sampai usia 14, musik adalah bagian dari kehidupan saya karena itu adalah bagian dari lingkaran keluarga saya: ayah saya seorang musisi, ia punya sebuah band, dll. Tapi hanya ketika saya pindah dan hidup dengan kakek nenek saya, barulah saya mulai bermain musik sendiri. Itu seperti kebutuhan untuk saya.
Matt tinggal bersama neneknya, yang membantunya menemukan musik yang ia butuhkan. Ia bermain piano sejak ia berusia 6 tahun, tapi dengan tidak adanya orang tuanya, ia berbalik arah kepada instrumen gitar. Orang tuanya dan kakaknya bermain dengan Papan Ouija untuk menghubungi orang mati, yang ia temukan ketika ia sedang mondar mandir di bawah tangga. Minatnya pada Papan Ouija menjadi lebih besar pada saat perceraian orangtuanya.
"Sangat menarik, pergi ke sekolah dan memberitahu anak-anak berusia 10 tahun tentang semua itu, karena mereka merasa itu cukup menakutkan dan aku cukup terkesan bahwa aku pernah melakukan hal yang menakutkan untuk orang lain tapi itu tidak bagiku."
Tetapi keyakinannya berubah setelah satu hantu yang ia hubungi meramalkan Perang Teluk pertama setahun sebelum perang itu benar benar terjadi.
"Keyakinan saya pada semuanya berubah. Saya jadi yakin bahwa kita sebenarnya menghubungi sesuatu di alam bawah sadar kita. Itu mungkin lebih realistis daripada berpikir Anda sedang menghubungi orang yang sudah mati."
Matthew dan Pesan dalam Musik
Bersama Muse, dia telah menciptakan 5 studio album, 2 live album, single-single, live performance, jam dan lain sebagainya. Dalam setiap album, dia tunjukkan sebuah kerangka dan pesan yang secara implisit bisa kita tafsirkan.
Dia membuat sebuah album dengan begitu sempurna. Tak hanya dari segi musikal, dia membuat lirik yang begitu dalam dan bermakna. Live performance yang spektakuler. Dan pesan terdalam yang menarik.
Dari segi musik, Muse bukan band yang melulu mengangkat sebuah genre tertentu. Muse bukan murni sebuah alternative rock. Muse berubah dan memberi warna baru di setiap albumnya. Nuansa gothic, punk, jazz, slow rock, hard rock, classical, orchestral, hip hop, groovy, arabic, dan berbagai macam jenis genre lainnya. Muse mampu merangkum setiap jenis musik dengan begitu baik, sehingga ciri khas Muse seperti suara falsetto Matt, bass yang enerjik dan dentuman drum Dom yang mantap, tidak hilang.
Dari segi lirik dan pesan yang dibawa, Muse tidak sembarangan dalam membuatnya. Teori konspirasi seperti New World Order, Illuminati, Freemason, Proyek CIA dalam MK Ultra dan lain sebagainya dia angkat. Kemudian dominasi Amerika yang ingin menguasai banyak wilayah di Eropa dan Asia, membuat Matt perlu mengekspresikan lagunya dalam membangun semangat persatuan di Eurasia untuk melawan Amerika. Tak melulu konspirasi, pesan-pesan cinta juga disampaikan Muse dalam beberapa lagu seperti Falling Away With You, Unintended dan Love is Forrever (Newton Star Collision). Sebuah live album bertajuk H.A.A.R.P memberikan banyak pengetahuan bagi pendengar, bahwa tajuk tersebut adalah nama sebuah devais rahasia yang dapat membangkit EMP untuk persenjataan di masa depan, dengan dampak yang luar biasa karena dapat mengacaukan gelombang elektromagnetik yanng berguna untuk sistem telkomunikasi.
Dalam hal live performance, kemampuan Muse dalam mengonsep, tidak perlu diragukan. Muse membuat semua live performance-nya dengan begitu baik. Yang paling menonjol adalah tata lampu yang mendukung dan bersinergi baik dengan lagu. Kemudian visualisasi di backdrop yang begitu apik mendukung lagu yang dibawakan. Suatu hal yang kreatif di konser akhir mereka akhir-akhir ini di Wembley. Muse memasang kamera yang bisa diputar 360 derajat di beberapa titik di stage dan penonton. Serunya, kita bisa memilih sendiri di kamera mana dan diarahkan kemana gambar yang ingin kita lihat. Dan itu semua dapat dengan mudah kita nikmati di website-nya. Sungguh begitu terencana dan baik.
Nilai-Nilai
Matthew Bellamy menunjukkan kepada saya beberapa nilai, yaitu:
|Ketekunan
Dia terus belajar dan belajar di umurnya sekarang untuk meningkatkan kemampuannya dalam bermusik. Beberapa partitur Rachmaninoff terus dia pelajari agar kemampuan piano klasiknya semakin meningkat. Tak lupa juga, dia meningkatkan teknologi pada gitarnya sehingga dapat membuat musik yang lebih berkualitas dan baru.
|Berwawasan Luas
Matthew Bellamy memaksa saya untuk memiliki wawasan lebih luas lagi. Di setiap lirik yang dia tulis selalu ada hal yang saya tidak tahu, sehingga saya penasaran untuk mencari informasi tentangnya. Informasi yang saya tidak mengira bahwa kita ternyata masih kurang luas dalam berwawasan.
|Perfeksionis
Suatu karya yang baik dan akan selalu dikenang adalah sebuah karya yang dibuat dengan sempurna. Matt tidak ingin setiap lagunya menjadi sebuah lagi tambahan yang berfungsi untuk menambah jatah pita lagu saja di albumnya. Semua lagu digarap dengan serius dan tidak main-main. Apalagi dalam hal live performance. Matt selalu membawa hal yang baru di setiap konsernya.
|Terkonsep
Matt menempatkan semua lagu album dan live performance-ny dalam kerangka yang terkonsep. Sebuah teori konspirasi dapat kita dapat infomasinya secara bersambung dari lagu hingga live performance-nya.
|Kreatif
Kreatif itu tidak ada batasnya dan Matt membuktikannya dengan karyanya selama ini. Banyak yang bilang band-nya mirip Radiohead, tapi dia membuktikannya bahwa Muse beda, dan bahkan lebih baik dari band idolanya tersebut. Kemajuan teknologi dalam musiknya menunjukkan bahwa kreatif itu tidak ada batasnya.
Menjadi Dirinya
Nilai-nilai yang saya dapat darinya, mengilhami saya untuk dapat menjadi orang yang lebih baik. Perfeksionis dan terencana adalah nilai penting yang saya dapat darinya. Dalam sebuah proyek, tentulah rencana harus kita buat dengan matang, kemudian menjadikan proyek tersebut menjadi sempurna adalah ekspetasi yang harus selalu ditanamkan.
“They will not control us, We will be victorius”