Objek Survey Semester 2 Penuh Kenangan
Assalamualaykum
Hari Jum'at kemarin, dapat berita yang menurut saya agak kurang baik bagi saya. Berita ini saya dapat dari Ayah saya. Berita ini berhubungan dengan kompetensi kuliah saya di bidang Teknik Energi Elektrik. Berita ini memang tidak ada hubungannya dengan saya, tapi saya merasa ini ada hubungannya. Ini semua karena kekhawatiran saya, atas efek sosial yang timbul di masyarakat. Berita ini berhubungan dengan apa yang saya lakukan dulu di semester 2.
Dulu, saat saya semester 2, temen ayah saya yang rumahnya di daerah Pagelaran Kabupaten Malang, mengajak ngobrol saya, ketika mampir ke rumah. Ceritanya, di daerah bapaknya itu, ada sumber air yang sangat melimpah, dan airnya banyak dimanfaatkan untuk irigasi dan sebagainya. Sumber air itu, memiliki banyak mata air yang mengumpul menjadi sebuah sungai yang bergabung nantinya dengan sungai-sungai di daerah tersebut.Sumber air ini bernama Sumber Maron.
Alhamdulillah, Sumber Maron yang lokasinya cukup jauh dari perumahan warga (jalannya agak menurun dari jalan setapak utamanya), ternyata dilirik oleh Bank Dunia. Bank Dunia memberikan bantuannya pada Sumber Maron ini, yaitu berupa bangunan fisik yang terdiri dari sebuah pompa air bertenaga listrik beserta pipa-pipanya untuk selanjutnya didistribusikan ke warga sekitar areal tersebut. Untuk tenaga listriknya, di dapat dari sambungan PLN. dan untuk administrasi dan pemeliharaanya, diserahakan kepada swadaya masyarakat. Dengan adanya pompa air ini, tentunya sangat bermanfaat bagi warga. Warga tidak perlu lagi jauh2 mengambil air ke sumber sekarang.
Nah, dibalik itu, ternyata ada juga masalahnya. Menurut pengakuan bapak tersebut, listrik yang dialiri dari PLN ini sering sekali mati. Dampaknya, tentunya, pompa akan mati. Jika pompa mati, tentunya air tidak akan mengalir ke warga. Jika air tidak mengalir ke warga, tentunya kebutuhan air akan tidak tercukupi, sehingga kasihan masyrakat harus kembali berjalan dan mengangkut tempat-tempat air ke Sumber. Kemudian, dengan adanya masalah ini, pengurus Pompa Air yang bernama WSLIC ini, juga akan mengurangi umur kerja dari pompa air.
Kemudian, bapak tersebut bertanya kepada saya, apakah mungkin di tempat sana bisa dibangun mikro hidro. Saat itu, saya masih tidak paham apa itu mikro hidro. Hanya pernah denger aja n baca di koran tentang mikro hidro.Intinya, mikro hidro itu ya pembangkit listrik tenaga air, tetapi daya yang dibangkitkannya kecil (<100 kW). Saya saat itu bingung menjawabnya. saya juga tidak tahu konstruksi mikro hidro itu seperti apa. Tetapi dalam benak saya waktu itu, mikro hidro pasti butuh aliran air. Jadi yang penting di tempat itu ada aliran airnya yang deras, supaya bisa menggerakkan turbin yang dikopel dengan generator. Akhirnya saya punya jawaban "beresiko" bagi temen bapak saya tersebut: "Insyaallah bisa Pak"
Bapak itu pun lantas membuat janji dengan saya beberapa hari kemudian untuk coba survey di sana. Harapan bapak tersebut, kalau bisa pihak kampus bisa membantu, selain dari segi teknis, dari segi dana kampus bisa memenuhi juga. Kenginan tersebut saya teruskan dengan mencari informasi mengenai mikro hidro melalui dosen dan senior serta informasi tentang pengmas di kampus.
Jujur, saat itu saya masih blank dengan yang namanya mikro hidro. Semester 2, saya masih mengeyam dengan yang namanya Rangkaian Elektrik I, Dasar Teknik Digital, Fisika II dan mata kuliah dasar lainnya. Saya lihat, mata kuliah PLTMH adalah mata kuliah semester 8 di silabus untuk Konsentrasi Teknik Energi Elektrik. Yup, saat itu, saya juga masih belum tertarik dengan yang namanya Teknik Energi Elektrik. Saya masih kepingin masuk Konsentrasi Teknik Informatika dan Komputer saat itu.
Karena ini berhubungan dengan kepercayaan masyrakat, saya berusaha keras untuk memenuhi keinginan mereka, walaupun saya sendiri saat itu (atau saat ini juga. hehehe) tidak tahu-menahu dengan yang namanya mikro hidro. Alhamdulillah, ada senior yang paham. KEmudian, nekat juga nemuin dosen killer, tapi ahli dalam bidang mikro hidro. Baca-baca buku di perpus, tentunya dengan kepala penuh tanda tanya. hahahaha. dan Terakhir menemui paman saya yang bekerja di Dinas Pengairan untuk bertanya maslaah teknik menghitung debit air sederhana.
Dua kali saya ke tempat tersebut. Yang pertama, saya seblumnya hanya menemui senior saja. Di tempat pertama, saya menemukan bahwa di sekitar Sumber ada sebuah air terjun. Setelah itu saya pulang dan menggambar peta lokasinya, untuk saya tunjukkan ke dosen saya. Kemudian saya juga ke perpus untuk membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan hal tersebut. Ternyata, hal penting dari sebuah mikro hidro adalah tinggi muka air, atau dalam arti sesungguhnya, dia butuh air terjun. Untung saja, saya menemukan air terjun tersebut. Setelah itu, kunjungan kedua, saya kesana untuk mengihitung debit air dan tinggi air terjun. Benar-benar sederhaan, cara menghitung debit air saya. Menghitung sebuah luasan sungai rsata-rata antara dua titik dikali dengan kecepatan air antara kedua titik tersbut. Kemudian untuk tinggi air, saya menggunakan prinsip phytagoras dan kesejajaran. hehehe. benar-benar old school
saat itu, saya mendapatkan data tinggi air skitar 6 m, dengan debit 0.5 meter kubik per detik. Harusnya survey itu memperhitungkan saat masa kemarau dan hujan, kemudian di rata-rata hasilnya. Tetapi warga mengatakan kalau debit disini tidak berpengaruh dengan musim.
Kemudian, sesampainya di rumah, saya hitung dan hasilnya saya konsultasikan dengan dosen saya. Setelah dikurangi dengan berbagai efisiensi dan faktor-faktor lain, ternyata hasil yang didapat kira-kira adalaha sebesar 14 kW. Hitungan saya ini ternyata hampir sama dengan yang dicatat dan dihitung oleh Kementrian ESDM!!!. ini sumbernya Daya yang cukup besar, untuk air terjun kecil seperti itu. Tetapi, daya yang lumayan besar ini ternyata kurang dari harapan. Pompa air membutuhkan daya total beserta penerangan dan sebagainya sebesar 20 kW. Sayang sekali ya. Terpaksa proyek pun batal dilakukan
Dari peristiwa tadilah, saya akhirnya mulai tertarik dengan Konsentrasi Teknik Energi Elektrik. Ini disebabkan karena manfaatnya yang begitu besar dan langsung bisa dinikmati oleh masyarakat.
Nah, ternyata, baru-baru ini, loaksi tersebut ternyata akan dibangun oleh Bank Dunia lagi mikro hidronya. Entah untuk apa listrik tersebut, apakah untuk pompa atau interkoneksi dengan PLN. Dan, proyek mikro hidro tersebut sepertinya akan diberikan ke salah satu PTS swasta di Kota Malang. Hmm... sayang sekali ya. saya benar-benar lupa akan potensi ini. Dulu karena pikiran saya terpaut akan pompa air itu, sehingga keinginan untuk membangun mikro hidro jadi tidak ada. Bisa jadi judul skripsi buat teman-teman semua ini padahal.
Yah, tapi gapapa
yang penting pengalaman dulu saat semster 2 itu, bermanfaat bagi saya, yaitu menambah pengetahuan dan pengalaman saya tentang mikro hidro
Waalaykumsalam
Hari Jum'at kemarin, dapat berita yang menurut saya agak kurang baik bagi saya. Berita ini saya dapat dari Ayah saya. Berita ini berhubungan dengan kompetensi kuliah saya di bidang Teknik Energi Elektrik. Berita ini memang tidak ada hubungannya dengan saya, tapi saya merasa ini ada hubungannya. Ini semua karena kekhawatiran saya, atas efek sosial yang timbul di masyarakat. Berita ini berhubungan dengan apa yang saya lakukan dulu di semester 2.
Dulu, saat saya semester 2, temen ayah saya yang rumahnya di daerah Pagelaran Kabupaten Malang, mengajak ngobrol saya, ketika mampir ke rumah. Ceritanya, di daerah bapaknya itu, ada sumber air yang sangat melimpah, dan airnya banyak dimanfaatkan untuk irigasi dan sebagainya. Sumber air itu, memiliki banyak mata air yang mengumpul menjadi sebuah sungai yang bergabung nantinya dengan sungai-sungai di daerah tersebut.Sumber air ini bernama Sumber Maron.
Alhamdulillah, Sumber Maron yang lokasinya cukup jauh dari perumahan warga (jalannya agak menurun dari jalan setapak utamanya), ternyata dilirik oleh Bank Dunia. Bank Dunia memberikan bantuannya pada Sumber Maron ini, yaitu berupa bangunan fisik yang terdiri dari sebuah pompa air bertenaga listrik beserta pipa-pipanya untuk selanjutnya didistribusikan ke warga sekitar areal tersebut. Untuk tenaga listriknya, di dapat dari sambungan PLN. dan untuk administrasi dan pemeliharaanya, diserahakan kepada swadaya masyarakat. Dengan adanya pompa air ini, tentunya sangat bermanfaat bagi warga. Warga tidak perlu lagi jauh2 mengambil air ke sumber sekarang.
Nah, dibalik itu, ternyata ada juga masalahnya. Menurut pengakuan bapak tersebut, listrik yang dialiri dari PLN ini sering sekali mati. Dampaknya, tentunya, pompa akan mati. Jika pompa mati, tentunya air tidak akan mengalir ke warga. Jika air tidak mengalir ke warga, tentunya kebutuhan air akan tidak tercukupi, sehingga kasihan masyrakat harus kembali berjalan dan mengangkut tempat-tempat air ke Sumber. Kemudian, dengan adanya masalah ini, pengurus Pompa Air yang bernama WSLIC ini, juga akan mengurangi umur kerja dari pompa air.
Kemudian, bapak tersebut bertanya kepada saya, apakah mungkin di tempat sana bisa dibangun mikro hidro. Saat itu, saya masih tidak paham apa itu mikro hidro. Hanya pernah denger aja n baca di koran tentang mikro hidro.Intinya, mikro hidro itu ya pembangkit listrik tenaga air, tetapi daya yang dibangkitkannya kecil (<100 kW). Saya saat itu bingung menjawabnya. saya juga tidak tahu konstruksi mikro hidro itu seperti apa. Tetapi dalam benak saya waktu itu, mikro hidro pasti butuh aliran air. Jadi yang penting di tempat itu ada aliran airnya yang deras, supaya bisa menggerakkan turbin yang dikopel dengan generator. Akhirnya saya punya jawaban "beresiko" bagi temen bapak saya tersebut: "Insyaallah bisa Pak"
Bapak itu pun lantas membuat janji dengan saya beberapa hari kemudian untuk coba survey di sana. Harapan bapak tersebut, kalau bisa pihak kampus bisa membantu, selain dari segi teknis, dari segi dana kampus bisa memenuhi juga. Kenginan tersebut saya teruskan dengan mencari informasi mengenai mikro hidro melalui dosen dan senior serta informasi tentang pengmas di kampus.
Jujur, saat itu saya masih blank dengan yang namanya mikro hidro. Semester 2, saya masih mengeyam dengan yang namanya Rangkaian Elektrik I, Dasar Teknik Digital, Fisika II dan mata kuliah dasar lainnya. Saya lihat, mata kuliah PLTMH adalah mata kuliah semester 8 di silabus untuk Konsentrasi Teknik Energi Elektrik. Yup, saat itu, saya juga masih belum tertarik dengan yang namanya Teknik Energi Elektrik. Saya masih kepingin masuk Konsentrasi Teknik Informatika dan Komputer saat itu.
Karena ini berhubungan dengan kepercayaan masyrakat, saya berusaha keras untuk memenuhi keinginan mereka, walaupun saya sendiri saat itu (atau saat ini juga. hehehe) tidak tahu-menahu dengan yang namanya mikro hidro. Alhamdulillah, ada senior yang paham. KEmudian, nekat juga nemuin dosen killer, tapi ahli dalam bidang mikro hidro. Baca-baca buku di perpus, tentunya dengan kepala penuh tanda tanya. hahahaha. dan Terakhir menemui paman saya yang bekerja di Dinas Pengairan untuk bertanya maslaah teknik menghitung debit air sederhana.
Dua kali saya ke tempat tersebut. Yang pertama, saya seblumnya hanya menemui senior saja. Di tempat pertama, saya menemukan bahwa di sekitar Sumber ada sebuah air terjun. Setelah itu saya pulang dan menggambar peta lokasinya, untuk saya tunjukkan ke dosen saya. Kemudian saya juga ke perpus untuk membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan hal tersebut. Ternyata, hal penting dari sebuah mikro hidro adalah tinggi muka air, atau dalam arti sesungguhnya, dia butuh air terjun. Untung saja, saya menemukan air terjun tersebut. Setelah itu, kunjungan kedua, saya kesana untuk mengihitung debit air dan tinggi air terjun. Benar-benar sederhaan, cara menghitung debit air saya. Menghitung sebuah luasan sungai rsata-rata antara dua titik dikali dengan kecepatan air antara kedua titik tersbut. Kemudian untuk tinggi air, saya menggunakan prinsip phytagoras dan kesejajaran. hehehe. benar-benar old school
saat itu, saya mendapatkan data tinggi air skitar 6 m, dengan debit 0.5 meter kubik per detik. Harusnya survey itu memperhitungkan saat masa kemarau dan hujan, kemudian di rata-rata hasilnya. Tetapi warga mengatakan kalau debit disini tidak berpengaruh dengan musim.
Kemudian, sesampainya di rumah, saya hitung dan hasilnya saya konsultasikan dengan dosen saya. Setelah dikurangi dengan berbagai efisiensi dan faktor-faktor lain, ternyata hasil yang didapat kira-kira adalaha sebesar 14 kW. Hitungan saya ini ternyata hampir sama dengan yang dicatat dan dihitung oleh Kementrian ESDM!!!. ini sumbernya Daya yang cukup besar, untuk air terjun kecil seperti itu. Tetapi, daya yang lumayan besar ini ternyata kurang dari harapan. Pompa air membutuhkan daya total beserta penerangan dan sebagainya sebesar 20 kW. Sayang sekali ya. Terpaksa proyek pun batal dilakukan
Dari peristiwa tadilah, saya akhirnya mulai tertarik dengan Konsentrasi Teknik Energi Elektrik. Ini disebabkan karena manfaatnya yang begitu besar dan langsung bisa dinikmati oleh masyarakat.
Nah, ternyata, baru-baru ini, loaksi tersebut ternyata akan dibangun oleh Bank Dunia lagi mikro hidronya. Entah untuk apa listrik tersebut, apakah untuk pompa atau interkoneksi dengan PLN. Dan, proyek mikro hidro tersebut sepertinya akan diberikan ke salah satu PTS swasta di Kota Malang. Hmm... sayang sekali ya. saya benar-benar lupa akan potensi ini. Dulu karena pikiran saya terpaut akan pompa air itu, sehingga keinginan untuk membangun mikro hidro jadi tidak ada. Bisa jadi judul skripsi buat teman-teman semua ini padahal.
Yah, tapi gapapa
yang penting pengalaman dulu saat semster 2 itu, bermanfaat bagi saya, yaitu menambah pengetahuan dan pengalaman saya tentang mikro hidro
POWER ENGINEER for a BETTER LIVE!
Waalaykumsalam